بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا(8 قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,(QS. 91:8), Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,(QS. 91:9), Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.(QS. 91:10)
Ayat di atas adalah potongan dari Q.S As - Syams ayat ke 8 - 10. disitu Allah mengingatkan kita bahwa sebenarnya Allah menerangkan bahwa Ia telah mengilhamkan kepada setiap jiwa jalan
kefasikan dan ketakwaan serta diterangkan-Nya pula perbedaan antara
keduanya mana yang dapat membawa kebahagiaan dan mana yang dapat membawa
kepada siksaan dan hukuman.
Saudaraku terlihat jelaslah seperti apa kita diciptakan dengan dua pilihan Jalan Fasiq atau Taqwa dan semua itu kita yang memilih, Allah SWT menerangkan, bahwa sangat beruntunglah orang-orang yang
menyucikan jiwanya dan memupuknya sehingga dapat mencapai kesempurnaan
akal dan perbuatan yang membuahkan kebaikan untuk dirinya dan orang
lain. Dan sebaliknya orang tidak beruntung ialah orang yang merugikan
dan menjatuhkan diri ke dalam jurang kebinasaan disebabkan melakukan
perbuatan maksiat dan menjauhkan amal kebaikan dan akan mendapat siksaan
di akhirat nanti.
Jika kamu memilih jalan taqwa maka Jannahlah tempat kembalimu dan itu benar - benar tempat kembali yang sebaik - baiknya dan jika kamu memilih jalan fasiq maka Narlah tempat kembalimu dan itu adalh tempat kembali paling buruk.
Di saat sekarang ini jalan kemaksiatan merupakan jalan yang paling mudah kita lihat, disetiap waktu dan tempat kita sering melihat orang berbuat maksiat dan bahkan kita tidak jarang kita juga ikut terlibat didalamnya. Sebutlah seperti menunjukkan kesombongan dan kecongkaan dibumi Allah ini, menggunjing juga merupakan hal yang lumrah bagi kita terutama kaum hawa, minum - minuman keras juga sekarang jadi pemandangan yang lumrah bahkan tidak malu - malu mereka para pelakunya menceritakannya dengan terang seakan mereka tidak takut mati atau tidak akan mati. Ya, mati kata itulah mungkin yang paling penting kita renumgi seperti Amirul Mukminin Umar Ibnu Khattab yang tuliskan dalam lingkar cincinnya "Hai Umar, cukuplah maut sebagai nasehat untukmu". Umar yang sudah merupakan jaminan surga, panglima perang yang paling ditakuti dan disegani lawan atau kawan, Khulafaur Rasyidin yang telah ratusan kaum kafir mati terhunus dan ditebas pedangnya ternyata TAKUT JUGA AKAN KEMATIAN sehingga dia begitu zuhud akan dunia dan begitu menjaga dirinya dari kemaksiatan dan tak pernah menunjukkan kesombongan.
Kita yang tidak pernah membunuh orang, bahkan membunuh kambingpun belum pernah dengan congkakknya berjalan di atas bumi Allah ini dengan menuruti nafsu yang membelenggu seakan - akan malaikat maut itu tidak pernah ada. Perhatikan orang - orang disekitarmu, yang mengendarai kenderaannya tanpa aturan, perempuan - perempuan "penjaja diri" meskipun mereka bukan penjual diri tapi tetap juga mereka bangga jika disentuh laki - laki yang datang padanya meskipun tanpa ikatan yang syah, para ibu - ibu yang menghias diri mereka bukan untuk suaminya tapi mereka berhias sangat cantik ketika mereka bepergian ke pasar ataupun pesta, para laki - laki dewasa yang lebih mengutamakan pembicaraan tidak penting di warung -warung ketimbang berkumpul dengan keluarganya, iri dan dengki yang kita pupuk di daam diri ita juga keegoisan yang kian hari kian tebal. Sia - sia sekali hidup kita ini jika termasuk golongan yang demikian.
Mengutip syair nasyid dari Hijjaz
Sebelum mata terlena di buaian malam gelita
Tafakurku di pembaringan mengenangkan nasib diri
Yang kerdil lemah yang bersalut dosa mampukah ku mengharungi titian sirat nanti
Membawa dosa yang menggunung tinggi
Tuhan beratnya dosa ku tak daya ku pikul sendiri Andainya esok bukan milik ku lagiIndah sekali lirik lagu itu, pernahkah kita mengingat kematian sebelum terlelap dimalam hari?Membayangkan dosa - dosa kita yang menggunung tinggi. Pernah terbayang jika esok bukan milik kita lagi, bekal apa yang akan kita bawa ke akhirat sana? apakah amal yang kita kerjakan sudah cukup untuk menutupi dosa - dosa kita selama ini dan cukup bagi kita untuk melewati titian shirat di akhirat nanti?
Dan mata pun ku tak pasti akan terbuka lagi
Apa kita akan sanggup menahan siksa yang begitu pedih dibakar di dalam api yang kayu bakarnya manusia?
Ingatlah saudaraku, kematian itu pasti datang tidak mengenal usia muda atau tua, tidak mengenal punya jabatan atau tidak juga tidak mengenal kaya atau miskin.
Kembalilah pada Allah, karena hanya dengan kembali padanya keimanan kita akan bisa kita sempurnakan lagi, iman itu tidak dapat kita warisi dari orangtua kita yang bertakwa juga tidak dapat kita temui di pasar untuk dibeli, ia ada didalam hati kita seperti mutiara yang harus diasah dan dihilangkan lumpurnya agar tampak cahaya kemilaunya
Berbuatlah amal baik selagi masih ada kekuasaan hidup, saat buku catatan amal masih dibuka, saat taubat masih diterima, saat pelari dari jalan Allah dan Rasul masih dipanggil sebelum hidup berakhir, sebelum pintu taubat tertutup dan sebelum para malaikat naik kelangit. (Pesan Amirul Mukminin Ali Ibn Abi Tholib)
Allohumma inna na'udzubika min 'ilmi laa yanfau waminan nafsi laa tasyba'u
Ya Allah kami berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat dan nafsu yang tidak pernah puas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar