Laman

Entri Populer

Kamis, 09 Oktober 2014

MEMADU KEMESRAAN DENGAN ALAM, PUNCAK MERPATI, DAN EDELWEISS

Sejatinya ini juga masih Karya Tulis adikku bekal pengalamannya mendaki gunung.
Salam Lestari

Ini merupakan pendakian kedua ku, yaitu pendakian ke Merapi !! 

Aku sama sekali tidak tahu, apakah karena aku seorang pendaki gunung, maka aku jatuh cinta dengan gunung atau karena gunung yang membuatku jatuh cinta jadi seorang pendaki gunung ?. aku ragu siapa diantara kalian yang pertama kali membuat aku jatuh cinta. 



Aku pernah mendengar cerita tentang bunga abadi atau bunga Edelweiss, yang kata orang-orang bunga ini sangat indah. Dulu aku pernah mengambil paksa bunga Edelweiss dari dompet salah satu teman seangkatan ku di organisasi kepencinta alaman namanya Irfan Saputra yang kerap kali ku sapa mesra dengan “KW/KYT”. Saat ku lihat, aku sedikit terkejut. Edelweiss tidak wangi seperti mawar yang selalu aku bayangkan bahkan tidak begitu istimewa alwalnya yang kulihat. Ia berwarna putih kekuningan, kering, juga kecil, tapi ia begitu mungil. Tapi aku tidak mau ambil pusing, aku tetap mengambilnya dan kusimpan ku pindahkan ke dompetku yang mulai kusam ini. Sekarang masih ku simpan Edelweiss itu di dalam dempet ku, bahkan aku hampir lupa tentang Edelweiss. Sampai akhirnya KYT mengajakku mendaki salah satu gunung yang ada puncak merpatinya bahkan ada juga Edelweissnya. Hal ini mengingatkan ku kembali pada saat aku memaksa mengambil Edelweiss dari dompetnya, yang membangkitkan rasa penasaran ku akan Edelweiss dan gairahku untuk melakukan pendakian bersamanya. 

Entah aku jatuh cinta pada Edelweiss juga puncak merpati. Aku juga tidak tau, hanya saja TIDAK !! jangan bawakan/berikan aku Edelweiss lagi kawan, tapi bawa saja aku bertemu dengan Edelweiss, aku ingin melihat dia saat dia bernafas bebas, sekalian belajar tentang hidupnya yang kata orang penuh dengan keabadian. Mencari tau tentang kesungguhannya dan kekukuhannya bagaimana ia bisa bertahan hidup diketinggian lebih dari 2000 MDPL dan diterpa angin badai. 

Dan akhirnya pun aku dibawa menyusuri jalanan setapak menuju puncak merpati dan taman keabadian Edelweiss. Perjalanan yang melelahkan dibanding dengan pendakian sebelumnya yang bahkan hanya beranggotakan tiga orang yaitu, Irfan, Rizka, dan juga aku (Anggi). Tapi kelelahan itu kusembunyikan demi ingin menikmati keindahan dipuncak sana seperti biasa saat aku melakukan pendakian, dilanda Flu akibat suhu udara. Bahkan air mata terjatuh tanpa aku sadari menambah semangatku untuk melanjutkan perjalanan ini. Tanpa kesadaran aku pun sampai dipuncak merpati. Subhanallah !! maha besar kuasa Tuhan, tanpa dapat aku jelaskan hanya bisa aku rasakan keindahan sunrise yang membawaku berimajinasi tentang keindahan ciptaan Tuhan ini. 

Di sela-sela keindahan ini sejenak ku terdiam, kuresapi sedalam mungkin keindahan ini, terpaan angin yang sesekali membawaku berkhayal lebih jauh lagi ingin lebih lama berada disini. Tapi keelokan ini belum berakhir sampai di sini saat mereka yang sebelumnya sudah pernah menginjakkan kaki disini membawaku ketaman yang biasa di kenal dengan nama taman keabadian yaitu taman Edelweiss. Entah Edelweiss yang membawa ku bertemu dengan puncak merpati, atau puncak merpati yang membawaku bertemu dengan bunga keabadian ini (Edelweiss). Sejak aku bertemu dengan puncak merpati dan Edelweiss aku sadar kecintaan ku terhadap alam takkan pernah mati dan pudar. Terima kasih telah membawaku ke taman Edelweiss dan puncak merpati yang juga memecahkan rasa penasaranku akan puncak merpati dan taman Edelweiss. Bahkan memberikanku banyak pengalaman semenjak kaki mulai melangkah menuju puncak.

Padang, 09 Otober 2014
Anggi Mutiara Lubis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar